Halaman

Kamis, 27 Oktober 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

 Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

    Salam dan Bahagia.

    Perkenalkan, Saya Sumiyati CGP Angkatan 6 DIY dari SD Negeri Srepeng Semanu Gunungkidul.

    Pada kesempatan kali ini, Saya akan menyampaikan Koneksi Antar Materi Modul 1.4 tentang Budaya Positif.

    Sebelumnya, Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Fasilitator dan Pengajar Praktik, Bapak Edy Susiadi Purnama dan Ibu Siti Sumiyati yang selalu setia mendampingi Saya dalam melaksanakan kegiatan Program Guru Penggerak ini. Terima kasih juga Saya ucapkan kepada keluarga, anak dan suami, rekan sejawat di sekolah yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi dalam Saya melaksanakan kegiatan ini. 

    Koneksi Antar Materi modul 1.4 ini akan Saya sampaikan keterkaitan antar materi mulai dari modul 1.1 tentang Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, dan modul 1.4 tentang Budaya Positif. Tujuan akhir dari modul 1 ini adalah terwujudnya murid yang memiliki profil pelajar pancasila.

    Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun. Menuntun segala kekuata kodrat yang ada pada anak (alam dan zaman) agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara juga menyampaikan bahwa pendidikan harus menghamba pada murid. Pendidikan haruslah berpihak pada murid, sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan anak. Seorang pendidik atau guru, menurut Ki Hajar diibaratkan sebagai seorang petani, sedangkan sekolah ibarat lahan atau taman. Di lahan atau taman tersebut kita semai benih-benih yang berbeda karakteristiknya, dalam hal ini adalah murid. Sebagai seorang petani hanya bisa menuntun tumbuhnya benih dengan merawatnya. Begitulah kita menuntun murid, diibaratkan seperti seorang petani.

   Berdasarkan pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, maka seorang guru harus mempunyai nilai dan menjalankan perannya agar mampu menuntun tumbuh kembangnya murid melalui pengajaran yang berpusat pada murid. Nilai-nilai yang harus dimiliki seorang guru penggerak adalah mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Sedangkan peran yang harus dijalankan seorang guru penggerak adalah menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, serta menggerakkan komunitas.

    Dalam mewujudkan suatu perubahan, kita memerlukan visi dan langkah-langkah yang tepat untuk mencapainya. Visi dapat terwujud jika terdapat kerjasama dengan semua warga sekolah. Oleh karena itu, dalam mewujudkan visi diperlukan langkah konkrit menggunakan metode Inquiry Apresiatif dengan tahapan BAGJA. Tahapan BAGJA yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi.

    Berdasarkan penerapan tahapan BAGJA tersebut, akan muncul pembiasaan-pembiasaan positif di sekolah yang kita kenal dengan BUDAYA POSITIF. Budaya Positif ini akan menimbulkan rasa aman dan nyaman pada murid dalam proses pembelajaran. Budaya positif juga dapat mendorong murid untuk mampu berpikir, bertindak, dan mencipta sebagai proses memerdekakan dirinya sehingga murid lebih mandiri dan bertanggungjawab.

    Paparan di atas adalah keterkaitan antara materi modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4. Selanjutnya akan Saya sampaikan reflkesi pemahaman atas keseluruhan materi modul 1.4 tentang Budaya Positif.


Pertanyaan Refleksi

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu:disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

1. Disiplin Positif

    Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri.

2. Nilai Kebajikan dan Keyakinan Kelas

   Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang.

3. Posisi Kontrol

    Ada lima posisi kontrol, yaitu pemberi hukuman, pembuat rasa merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Posisi kontrol yang paling baik diterpakan untuk mewujudkan budaya positif adalah posisi kontrol manajer.

4. Kebutuhan Dasar

    Ada lima kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebutuhan akan penguasaan (power), kebutuhan akan kebebasan (freedom), dan kebutuhan akan kesenangan (fun). 

5. Segitiga Restitusi

    Segitiga restitusi merupakan cara untuk menerapkan budaya positif melalui 3 tahap, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.


Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

    Setelah mempelajari modul 1.4 ini, saya berpikir bahwa untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah harus melibatkan murid dalam perencanaan hingga pelaksanaannya. Hal tersebut dilakukan dengan harapan untuk mewujudkan kelas atau sekolah yang nyaman, aman, positif berdasarkan keyakinan kelas atau sekolah yang diyakini bersama.

    Perubahan lainnya bahwa posisi kontrol yang Saya terapkan selama ini adalah posisi kontrol sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah. Hal tersebut ternyata kurang tepat untuk mewujudkan disiplin positif murid. Oleh karena itu, Saya harus mengubahnya menjadi posisi kontrol manajer dan menerapkan segitiga restitusi.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

    Pengalaman yang pernah Saya alami dalam menerapkan konsep modul budaya positif, ketika Saya ingin menyelesaikan masalah pelanggaran disiplin murid dengan menggunakan posisi kontrol manajer dan menggunakan segitiga restitusi. Terkadang, sikap Saya tersebut berbenturan dengan kebiasaan di sekolah selama ini yang terbiasa menghukum murid untuk membentuk sikap disiplin. Oleh karena itu, Saya harus menggunakan pendekatan khusus untuk mensosialisasikan hal ini kepada rekan sejawat di sekolah.

Bagaimana perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

  Perasaan Saya ketika mengalami hal tersebut adalah merasa lebih tertantang untuk mengimplementasikan posisi guru sebagai manajer dan menerapkan segitiga restitusi dalam menangani kasus pelanggaran disiplin murid. Karena dengan menempatkan diri sebagai manajer, guru akan memberikan kesempatan kepada murid untuk mempertanggungjawabkan perilaku dan mendukung murid menemukan solusi atas permasalahannya. Saya juga merasa tertantang untuk menyusun strategi untuk mensosialisasikan konsep budaya positif kepada rekan sejawat, agar kami dapat berkolaborasi melakukan perubahan budaya positif di kelas maupun sekolah.

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik?Adakah yang perlu diperbaiki?

    Menurut Saya, hal baik yang sudah ada di lingkungan kelas dan sekolah adalah Disiplin Positif, Nilai-nilai Kebajikan, serta Keyakinan Kelas yang dibangun bersama dengan Berpihak pada Murid. Adapun yang perlu diperbaiki adalah Posisi Kontrol seorang guru yang selama ini cenderung sebagai Penghukum dan Pembuat Merasa Bersalah, menuju posisi seorang Manajer.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

    Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering Saya gunakan ketika berinteraksi dengan murid adalah penghukum dan pembuat merasa bersalah. Perasaannya pada saat itu, Saya merasa benar karena telah berhasil mendisiplinkan murid, walupun dengan terpaksa dan memang hasilnya tidak bisa konsisten. Setelah mempelajari modul ini, Saya mencoba menggunakan posisi kontrol sebagai manajer. Saat Saya mampu melaksanakan posisi kontrol manajer dengan penerapan segitiga restitusi, Saya merasa bangga dengan murid Saya karena mereka lebih menunjukkan rasa tanggung jawabnya saat memperbaiki kesalahan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelumnya, saya pernah secara tidak sadar menggunakan konsep segitiga restitusi, akan tetapi tahapan restitusinya tidak dilaksanakan secara menyeluruh. Tahapan yang pernah Saya laksanakan adalah menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Untuk menanyakan keyakinan belum Saya laksanakan, karena sebelumnya Saya cenderung meminta murid memperbaiki kesalahannya dengan melakukan konsekuensi atau hukuman sesuai yaang disepakati atau kehendak Saya. Jadi bukan pendapat atau restitusi dari murid sendiri.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

    Hal yang menurut Saya penting untuk menciptakan budaya positif adalah kolaborasi yang baik seluruh anggota komunitas sekolah maupun dengan pihak-pihak terkait serta sarana dan prasarana yang mendukung. Kolaborasi anggota komunitas sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai kebajikan sangat dibutuhkan agar dapat membangun budaya positif sekolah. Sarana prasarana sekolah sangat menunjang untuk mewujudkan sekolah yang nyaman, aman, dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan dan tentu saja berpihak pada murid.


Demikian tadi keterkaitan antar materi modul 1.1 sampai dengan 1.4 beserta refleksi pemahaman materi modul 1.4 Budaya Positif secara menyeluruh.

Guru hebat Indonesia Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.

Guru Bergerak, Indonesia Maju.

Wassalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.