Halaman

Senin, 11 Mei 2020

4R, RUMUS MENCETAK SEJARAH

Belajar Menulis Melalui Watsapp Grup kali ini istimewa, karena mengahdirkan narasumber yaitu seorang perempuan yang merupakan seorang Founder Tangga Edu (www.tanggaedu.com). Beliau adalah Ibu Farrah Dina, M.Sc, yang akan membawakan topik Terbitkan Bukumu, Catatkan Sejarah. Mengapa saya katakan istimewa??Karena setelah sekian kali pertemuan, ini adalah kali pertama grup ini menghadirkan narasumber perempuan. Hal itu membuat saya penasaran. Siapa sebenarnya Ibu Farah Dina ini?

Sebelum ke materi, yuk kita lihat dulu profil narasumber kita kali ini.




Setelah membaca biodata beliau, saya semakin kagum, di usia yang masih muda beliau sudah menerbitkan banyak sekali buku. Beliau juga merupakan penerima beasiswa dari Kementrian Pendidikan Jepang (Monbukagakusho) untuk progra Teacher Training di tahun 2014. Di Tangga Edu, beliau ini berperan sebagai pendiri, ketua yayasan, pelatih guru sekaligus penulis.
          Mengawali pemaparan materinya dalam kuliah online ini, beliau membagikan link youtube untuk disimak para peserta. Berikut adalah penjelasan beliau melalui video yang dibagikan. Tema yang akan diangkat pada hari ini adalah Terbitkan Buku, Catatkan Sejarah. Seorang filsuf, Decrates mengatakan bahwa Membaca buku sama saja berbicara dengan orang bijak di masa lalu. Setiap orang pasti ingin dikenang, ingin mencatatkan sejarah. Lalu apa yang bisa dilakukan agar dikenang? Salah satu yang bisa kita tingglkan untuk dikenang adalah sebuah buku. Menerbitkan buku adalah salah satu jalan agar pikiran kita, apa yang kita ungkapkan akan dikenang sepanjang masa. Akan tetapi, permasalahannya adalah menerbitkan buku dan membuat buku adalah dua hal yang berbeda. Membuat buku bisa dilakukan oleh siapa saja. Menerbitkan buku melalui pnerbit - penerbit besar adalah sebagai akibat dari sebuah karya yang baik. Maka menerbitkan buku, kita jadikan tantangan sedangkan yang paling penting adalah bagaimana kita menulis dan menuangkann pikiran kita untuk dapat dikenang dan diingat sepanjang masa.
Hal yang paling penting bagi penulis adalah hadirnya pembaca. Untuk dapat dibaca, tulisan kita itu tidak hanya melalui buku, akan tetapi kita bisa menulis di media sosial,blog, dan lin - lain. Bagaimana kita mulai membuat karya kemudian mengasahnya kemudian menjadi sebuah intan berlian yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat?

4R, RUMUS UNTUK MEMBUAT BUKU BERKUALITAS
Ibu Farrah Dina memberikan tips 4R, yaitu Renjana, Rutin, Review, Ruang Bagi Pembaca.
Renjana adalah passion yaitu sesuatu yang bagi kita sangat menarik, yang jika kita melakukannya membuat kita meraa nyaman. Maka, untuk menulis mulaiah sesuai dengan apa yang kita sukai dan kuasai. Cara paling mudah agar kita termotivasi untuk menulis adalah bagaimana kita merasa sukses untuk melakukan sesuatu.
Rutin bukan hanya rutin menulis, tapi yang lebih penting adalah rutin membaca. Dengan membaca otak kita akan semakin kaya dengan kata - kata untuk diungkapkan melalui tulisan. Ketika kita membaca, akan timbul keinginan untuk membuat tulisan yang lain. Membacalah sebanyak mungkin, apapun genrenya. Untuk menulis, siapkan waktu dan ruang khusus untuk menulis, sehingga akan terprogram di dalam otak kita, ketika sudah tiba waktu untuk menulis, maka kita harus menulis. Seperti yang disampaikan oleh narasumber sebelumnya, Ibu Farah Dina juga menyampaikan bahwa kita harus mempunyai alat perekam untuk mengumpulkan ide tau gagasan, menjadi bank - bank kisah, bank - bank tokoh dan bank - bank situasi.
Review. Setelah kita mempunyai tulisan - tulisan, langkah selanjutnya adalah review. Ketika kita pertama menulis, kita tulis saja apapun, semuanya, tanpa mempedulikan tokohnya, alurnya, dan sebagainya, biarkana tulisan itu mengalir apa adanya. Setelah tulisan itu selesai, baru kita review, kita lihat tokohnya, detailnya, alur berpikirnya. Review juga berfungsi untuk melihat materi, apa sebenarnya yang ingin kita tulis.
Ruang Bagi Pembaca. Review dari penulis saja tidak cukup. Review yang penting adalah review dari pembaca. Ruang bagi pembaca bukan berarti kita mengharapkan mereka membaca buku kita dan memberikan feedback positif, tapi justru yang diharapkan adalah feedback negatif, yaitu apa yang harus diperbaiki, apa yang pembaca tidak suka, sehingga bisa kita lakukan perbaikan tanpa menghilangkan jati diri kita. Seorang penulis tidak ada artinya tanpa pembaca. Maka, kita harus membuddayakan membaca, mengajak anak - anak kita, keluarga kita, orang - orang dekat kita, untuk memiliki budaya membaca.
Nah, sudah siapkah kita mencetak sejarah dengan menerbitkan buku? Yuk, kita mulai dari sekarang, saat ini juga. Seperti yang sudah disampaikan oleh para narasumber hebat kita, jangan takut jelek, jangan malas, temukan passion kita. Yang paling penting, perbanyaklah membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Salam hebat luar biasa untuk seluruh guru di Indonesia........

Kamis, 07 Mei 2020

SOPO ORA SIBUK

MENULIS DALAM KESIBUKAN (Much. Khoiri, penulis buku SOS Sopo Ora Sibuk: Menulis Dalam Kesibukan)

Menulis Dalam Kesibukan. Mungkinkah? Pertanyaan yang semula juga ingin saya tanyakan. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya kegiatan Belajar Menulis Melalui Grup WA yang diadakan PB PGRI, saya sudah tahu jawabannya, bahwa menulis dalam kesibukan itu adalah hal yang sangat mungkin. Contohnya saja Om Jay, pemandu dan narasumber dari kegiatan ini. Beliau sudah membuktikan bahwa menulis dalam kesibukan itu sangat mungkin. Terbukti, di tengah kesibukannya mengajar, menjadi narasumber grup ini, mengelola blog, menjadi pengurus PGRI, beliau masih sempat untuk menulis. Penulis buku Catatan Harian Seorang Bloggerini, bahkan masih sempat membaca tulisan - tulisan kami, para peserta belajar menulis.
Menulis Dalam Kesibukan. Materi yang akan disampaikan oleh salah satu narasumber Belajar Menulis Melalui Grup WA, yaitu Bapak Much. Khoiri (Master Emcho). Beliau adalah seorang dosen dan penulis 42 buku dari Unesa Surabaya. Berikut adalah biodata dan karya karya beliau.
Lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini  trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan onlinebaik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatifbaik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017),  Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com; www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id.
Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore.
Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id
HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.
Setelah memperkenalkan diri, Bapak Emcho kemudian membuka sesi melalui pesan suara. Beliau menyampaikan bahwa materi akan diberikan melalui presentasi (power point) dan pesan suara. Kemudian, beliau membagikan gambar - gambar tentang orang dengan kesibukannya masing - masing. Mulai dari orang biasa, maupun orang yang punya jabatan, semua punya kesibukan. Bahkan ketika sedang liburan pun, orang juga sibuk dengan kegiatannya masing - masing. Yang menarik, di salah satu gambar/slide, beliau menuliskan Manusia adalah subjek. Tanpa kata kerja, subjek hanyalah entitas yang mati, tanpa makna kontekstualitasnya.Sayatanpa kata kerja bukan berarti apa - apa. Saya harus diikuti kata kerja selagi masih hidup. Kita harus merenung, sudah tepatkan kesibukan - kesibukan itu dijadikan alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Kalau alasan sibuk itu membuat kita enggan menulis dan membuat karya, maka kita harus bertanya pada diri sendiri, Apakah alasan itu sudah tepat?

MANAJEMEN KESIBUKAN
Manajemen Kesibukan. Jika ingin menjadi seorang penulis, kita harus bisa memanage ata mengatur kesibukan itu sendiri, seperti dalam slide yang disampaikan Pak Emcho berikut ini.

Jadi, yang penting bukan tentang kesibukan itu sendiri, karena sesuai dengan hukum alam bahwa dalam kesibukan pasti ada kelonggaran, di dalam kesulitan pasti ada kemudahan, sehingga sebenarnya tinggal bagaimana kita memanage kesibukan, menyiasati hidup dalam kesibukan. Manajemen Kesibukan. Kita harus punya sikap dalam menghadapi kesibukan tersebut, tinggal kita pilih sikap positif atau negatif. Kalau sikap kita positf, kita akan menghasilkan aksi d tengah kesibukan itu. Sebaliknya, jika sikap kita negatif, kita tidak akan menghasilkan apapun.
Menurut Bapak Emcho dalam salah satu bukunya yaitu SOS Sopo Ora Sibuk : Menulis Dalam Kesibukan, menulis dikategorikan dalam 4 maqam (tingkatan). (https://rokhmani152735.gurusiana.id/article/2020/4/inilah-maqam-dalam-menulis-tantangan-hari-ke-78-386490)
Pertama, menulis maqam syariat. Menulis baru sekadar menulis. Pada level ini penulis masih dalam taraf belajar menulis, termasuk tekun mengikuti kaidah-kaidah menulis, baik dalam mengolah gagasan, mengorganisasikannnya, dan menggunakan bahasa efektif.
Kedua, menulis maqam thariqat. Adalah kategori menulis bagi orang yang menemukan thariqat (jalan) yang indah dan prospekstif untuk menemukan gayanya sendiri, dia banyak berlatih dan mengasah talenta dan kemampuannya setiap hari agar tulisannya makin berkualitas baik dalam gagasan, pengorganisasian, dan penggunaan bahasa.
Ketiga, maqam hakikat. Seseorang telah menemukan hakikat menulis yang sesungguhnya. Tulisan telah dimuati kekuatan maksud penulisnya. Pada maqam ini kualitas tulisan menjadi sangat penting tanpa meninggalkan secara serampangan kaidah-kaidah kepenulisan. Pada level ini tulisan sudah menunjukkan ikon pribadi penulis atau sebagai penunjuk identitasnya.
Keempat, maqam makrifat. Penulis telah mampu menembus atau menerawang apa yang seharusnya menjadi hijab (halangan) dalam menulis. Menulis adalah kemahiran yang telah menyatu dengan penulisnya. Pada maqam ini menulis merupakan kenikmatan yang indah tanpa terganggu faktor luar yang menghambat untuk menulis.
Ada di maqam manakah saya? Tentu saja di maqam pertama, dan sedang memulai untuk menulis dengan membuat resume - resume materi kuliah online di Belajar Menulis Melalui Grup WA ini. Masih pemula, yang hanya modal niat, masih jauh langkah untuk menjadi penulis sejati. Menurut Bapak Khoiri, hal yang harus diingat adalah bahwa penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan. Andaikata ia tidak sedang menulis, ia pasti memikirkan tentang apa yang ia hendak tulis. Ada waktu istimewa yang dipilihnya, yang paling nyaman, untuk larut dalam menulis. Ia tidak membiarkan 1 hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.

MENGAPA HARUS MENULIS
Ketika kamu bicara, kata - katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau sepanjang koridor. Tapi ketika kamu menulis, kata - katamu bergaung sepanjang zaman. (Bud Gardner)
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dn dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramoedya Ananta)
Begitu seorang pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih oleh orang lain. Sebaliknya, jika dekan, camat, dan mantri polisi mati, dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat dan mampu menggantikannya. (Budi Darma)
Apa yang kita angankan itu akan lenyap, apa yang kita katakan itu akan musnah, apa yang kita lakukan akan tak tersisa, kecuali kita tuliskan, ia akan abadi dan menyejarah dalam hidup kita. (Much. Khoiri)
Jadi, menurut saya, intinya kalau mau dikenang, ya menulislah. Kita menulis untuk sesuatu yang diperjuangkan. Apalagi sebagai pendidik, menulis itu sebenarnya sesuatu yang sudah seharusnya bisa dilakukan setiap hari. Bukankah selama 5 hari dalam seminggu kita mengajar, bertemu anak - anak dengan karakteristik yang berbeda, mengajarkan materi - materi yang tingkat kesulitannya pun berbeda. Dari kegiatan mengajar itu, bisa kita tuliskan pengalaman  pengalaman kita dalam menghadapi siswa maupun strategi dalam menyampaikan materi. Sayang sekali, kalau semua itu kita lakukan, tapi sia - sia karena tidak kita tulis, tidak kita biarkan orang lain tahu dengan membaca tulisan kita. (Bismillah setelah Belajar Menulis Melalui WA Grup ini selesai, saya akan mulai menulis).

MENDIDIK DIRI DALAM MENULIS
Kita harus mendidik diri untuk menulis, bukan hanya membuat diri kompeten di bidan menulis, melainkan juga berani menegakkan prinsip reward and punishment. Jadi, ketika kita tidak disiplin dalam menulis, kita akan meberikan punishment untuk diri sendiri, misalnya membaca buku sekian judul. Ketika kita melampaui target menulis, kita berikan hadiah untuk diri sendiri, misalnya membeli buku, handphone, dll. Mendidik diri itu penting untuk diperankan, jangan hanya mendidik orang lain atau siswa.

MENULIS ITU BERKOMUNIKASI
Menulis itu berkomunikasi bukan hanya berkespresi, yang artinya kita berhadapan dengan orang yang kita ajak berkomunikasi, yaitu pembaca. Seperti yang dikatakan oleh Plato bahwa Wise man speak because they have something to say, Fools because they have to say somethin.Orang bijak itu bicara karena mereka punya sesuatu untuk disampaikan, orang bodoh bicara untuk menyatakan sesuatu.Dalam menulis, sebaiknya ada sesuatu yang kita sampaikan atau komunikasikan, misalnya gagasan, perasaan, pengalaman, dan lain - lain kepada pembaca. Kita dan pembaca harus dibayangkan berada dalam suatu forum saling berhadapan. Materi tulisan harus sesuai dengan kebutuhan pembaca, pengorganisasian tulisan juga harus bagus, serta penggunaan bahasa yang komunikatif.

17 TRATEGI JITU MENYIASATI KESIBUKAN UNTUK MENULIS (SOS Sopo Ora Sibuk : Menulis Dalam Kesibukan)
1. Tetapkan Niat Menulis
Niat menulis adalah apa yang membuat kita kuat untuk menulis. Niat dan keyakinan akan menjadi daya dorong untuk bangkit dan daya tahan ketika ada godaan. Ketika kita malas, dengan niat maka kita akan terdorong untuk menulis, sementara ketika ada godaan untuk mengerjakan sesuatu yang tidak berguna dan berhenti menulis, maka daya tahanlah yang akan membantu kita untuk tetap menulis. Niat dibagi menjadi dua, yaitu umum (filosofis) misalnya menulis untuk mencerdaskan bangsa, untuk beramal, yang kedua pragmatis, menulis untuk mendapatkan tambahan penghasilan, supaya naik pangkat, dan lain - lain yang bisa menjadi penyemangat.

2. Rajinlah Membaca
Orang yang rajin membaca itu bagaikan sedang melihat di masa lalu dan masa depan, hadir di setiap sejarah dan di setiap imajinasi orang - orang hebat. Membaca itu biasanya mendahului menulis. Pemicu untuk menulis adalah membaca. Membaca membuat kita untuk bermimpi menjadi penulis. Ketika kita membaca buku yang bagus, maka suatu saat ketika kita menulis, maka buku - buku bagus itu adalah karya kita.

3. Gunakan Alat Perekam
Alat perekam itu bisa berupa kamera, buku catatan kecil maupun handphone. Ketika kita dalam perjalanan, di kantor atau di manapun, bisa menjadi sumber inspirasi untuk menulis. Maka rekamlah momen itu menggunakan alat perekam. Pikiran manusia seperti payung, ia berfungsi maksimal ketika terbuka.

4. Kobarkan Inspirasi Menulis
Inspirasi adalah ilham atau sesuatu yang akan membuat kita memunculkan ide yang paling bagus. Inspirasi tumbuh dan berkembang dari sebuah pemicu. Kalau kita kaya pengetahuan, maka ketika ada pemicu maka akan tumbuh inspirasi. Inspirasi adalah pengetahuan awal yang dimiliki seseorang ditambah tragger. Inspirasi bisa diciptakan, jangan menunggu inspirasi dari langit. Seorang penulis tidak menunggu inspirasi tetapi menciptakan inspiraasi.

5. Tentukan Waktu Utama
Tentukan waktu di mana kita bisa mengalokasikan waktu untuk menulis, misalnya malam hari, setelah subuh, dan lain - lain. Setiap orang tentu saja memilih waktu yang berbeda - beda. Yang harus diperhatikan adalah tentukan waktu menulis di luar jam kerja dan pilih waktu yang membuat kita nyaman. Setelah itu, pegang komitmen untuk disiplin menulis sesuai waktu yang dipilih.

6. Bagi Penulis Pemula, Menulis Bebas
Menulis bebas melatih orang untuk menuliskan gagasan, dan pengalaman menggunakan bahasa tutur layaknya orang sedang mencurahkan isi hatinya.Orang yang menulis bebas sedang mengptimalkan kerja otak kanan yang suka spontanitas. Menulis bebas berarti menulis tanpa takut akan aturan kaidah - kaidah menulis.

7. Menulis Di Dalam Hati
Menulis di dlam hati untuk merancang apa saja yang akan ditulis. Hal ini bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Semua ide bagus datang kepada kita secara spontan, maka jangan lewatkan ide yang kita dapatkan itu.

8. Menulis Di Waktu Utama
Menulislah di waktu utama, jika masih kurang maka lanjutkan dengan menulis di waktu luang. Kita harus belajar disiplin dalam memanfaatkan waktu.

9. Menulis Di Waktu Luang

10. Menulis Yang Dialami
Menulis yang dialami misalnya catatan harian, catatan perjalanan.

11. Menulis Yang Dirasakan

12. Menulis Selaras Minat dan Pekerjaan

13. Menulis Dengan Riang
Menurut Einsntein, karya tulis terbaiks tidak pernah terselesaikan ketika seseorang tidak bahagia.

14. Menulis Yang Banyak
Dengan menulis yang banyak, kita belajar menulis yang bagus. Kuantitas bisa menghasilkan kualitas.

15. Read better, Write faster
Kita harus rajin dan pintar membaca untuk dapat menulis dengan cepat.

16. Membuat Motto Yang Dahsyat

17. Menulis Dengan Doa

Setelah selesai memaparkan materi, Pak Khoiri atau Pak Emcho kemudian menjawab beberapa pertanyaan dari peserta. Berikut adalah contoh beberapa pertanyaan dan jawaban dalam sesi tanya jawab kemarin.
Pertanyaan 1  :  Berapa lama pemula perlu menulis bebas agar bisa terampil dalam arti bukan hanya menulis bebas saja? Apakah utk terampil perlu jam terbang sekian2?
Jawaban 1     :  Waktunya bervariasi. Ada yang cukup cepat, namun ada yang lama, tergantung dari niat dan ketekunan berlatihnya.
Pertanyaan 2    : Kita telah berusaha untuk selalu menulis, karena terlalu banyak ikut kegiatan kadang lupa saat menulis tugas yg  lain .. gimana kiatnya supaya tdk lupa atau tumburan dgn kegiatan kita menulis ya pak ?
Jawaban 2       : Semakin banyak kegiatan, semakin kita harus pandai dalam mengatur waktu. Sesuaikan dengan kemampuan diri sendiri. Karena kekuatan fisik, ketangguhan setiap orang itu berbeda.

Terima kasih Pak Khoiri, atas ilmu yang luar biasa hari ini. Terima kasih OmJay, atas kesempatan mengikuti kegiatan ini.

Salam hebat luar biasa untuk seluruh guru di Indonesia.

Selasa, 05 Mei 2020

Pengalaman Menulis

Bagi sebagian orang, menulis adalah ekspresi pribadi. Menulis sebagai ekspresi pribadi akan membuat kita menulis dengan jujur dan apa adanya. Seperti yang dikatakan oleh narasumber dalam kegiatan Belajar Menulis Melalui Grup WA kemarin, bahwa menulis adalah kebutuhan dan beliau lakukan dengan jujur dan apa adanya. Beliau juga mengatakan, bahwa beliau mulai menulis apa saja, jadi tulisan beliau itu layaknya buku harian. Cerita yang banyak beliau tulis adalah tentang pengalamannya mengajar. Tulisan itu kemudian dikumpulkan menjadi buku yang berjudul Menghimpun Yang Berserak.
Berada di zona nyaman, menulis apa adanya, mengekspresikan diri, akhirnya sampailah pada saat, ketika narasumber kita ini dihadapkan pada wawancara atas buku yang ditulisnya. Rupanya, ada beberapa pertanyaan yang mengusik beliau, Apakah ketika  saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,  apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Pertanyaan - pertanyaan itu membuat Pak Ukim merasa terpenjara, karena beliau merasa bahwa tulisannya adalah ekspresinya dan haknya mau menulis seperti apa.
Mungkin, sama halnya dengan saya, dengan kita. Ketika baru awa menulis, pasti kita akan berpikir seperti Pak Ukim. Ini tulisan saya, ekspresi saya, seperti inilah saya. Namun ternyata, untuk menjadi seorang penulis yang sesungguhnya hal tersebut memang kurang tepat. Seperti yang disampaikan Pak Ukim, bahwa kemudian beliau bertemu temannya, seorang penulis, yang menjelaskan tentang proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca. Kita tidak boleh egois dalam menulis, tulisan kita harus secara maksimal memberikan manfaat untuk orang lain, yaitu pembaca. Salah satu orang yang menjadi bagian dalam tim menulis sebuah buku adalah editor. Editor adalah garda depan yang menentukan sebuah tulisan layak diterbitkan atau tidak.
Kriteria apa sajakah yang harus dipenuhi agar suatu buku layak untuk diterbitkan? Pak Ukim menjelaskan, bahwa untuk buku pelajaran kriteria yang harus dipenuhi adalah :
1. menunjukkan penggunaan pendekatan baru
2. lebih lengkap
3. penulisnya memang berkualifikasi luar biasa
4. naskah renyah (enak dibaca)
5. diutamakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik
Dalam menulis, kita harus menempatkan diri sesuai stamina dan kecenderungan kita. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon, pilih novel. Sebagai pemula, kita bisa memulai untuk jarak pendek dulu (cerpen), baru kemudian latihan untuk jarak jauh (novel). Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti buku yang akan kita buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi.
Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Nah, sudah siapkah kita menciptakan sejumlah kebaikan dengan menulis?

Senin, 04 Mei 2020

Strategi Pemasaran Buku

Strategi Pemasaran Buku oleh Agust. Subardana, SE., MM. (Director of Marketing Andi Publisher)


Usaha Toko Buku Konvensional Atau 'Online' | Berita Inspiratif ...


Menulis selesai, buku sudah diterbitkan. What next? Selanjutnya, ya buku harus dipasarkan atau dijual. Memasarkan buku membutuhkan strategi yang tepat. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Agus Subardana dalam kuliah online di Belajar Menulis Melalui Grup WA, bahwa strategi pemasaran buku ada 2 macam, yaitu Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara dan Strategi Pemasaran Buku Serangan Darat. Wuihhhhh.... Serem... Sudah seperti mau perang saja. Yuk, simak penjelasan Pak Agus lebih lanjut.

1. STRATEGI PEMASARAN BUKU SERANGAN UDARA
Pemasaran buku melalui strategi ini ada 2 cara, yaitu:
A. Pemasaran Buku Lewat Online
Di era digial 4.0 seperti sekarang ini, segala sesuatunya sangat mudah didapatkan secara daring atau online. Pasar online atau marketplace sudah menjamur di dunia maya. Apa saja bisa dibeli melalui dunia maya. Demikian juga dengan buku. Kita bisa memasarkan buku melalui dunia maya, baik melalui website, media sosial atau bahkan melalui marketplace yang sudah ada. Memiliki website untuk memasarkan buku akan lebih efektif karena melalui website ini kita dapat merencanakan promosi dalam melancarkan penjualan buku. Di website, bisa kita tulis tentang isi produk, harga, promosi, layanan, alamat, testimoni dan sebagainya.
Dalam memasarkan buku secara online, kita harus aktif untuk mempromosikan buku kita, agar dapat:
1) Menyebarkan informasi produk secara masif kepada target pasar potensial
2) Mendapatkan konsumen baru dan mempertahankan konsumen yang sudah sehingga kesetiaan konsumen terjaga.
3) Menjaga kestabilan penjualan saat kondisi pasar lagi lesu
4) Menaikan penjualan dan profit
5) Membandingkan dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing
6) Membentuk citra produk dibenak mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan
7) Mengubah tingkah laku , persepsi dan pendapat konsumen

B. Pemasaran Buku Melalui Komunitas
Setiap orang pasti mempunyai relasi dan komunitas. Komunitas itu bisa kita manfaatkan untuk promosi atau jualan. Promosi apapun termasuk buku. Penjualan lewat komunitas akan lebih efektif dan efisien keberhasilannya. Kuncinya, kita harus menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan relasi dalam komunitas kita.

2. STRATEGI PEMASARAN BUKU SERANGAN DARAT
Strategi pemasaran buku serangan darat ini kita kelompokkan berdasarkan target pasar yang kita tuju , antara lain :
      A. Toko Buku
Penerbit Buku yang mampu memproduksi sendiri dan mempunyai mesin percetakan sendiri , sebagian besar sebagai pemasok Toko buku di Indonesia. Untuk bisa masuk dan sebagai pemasok rutin di toko buku maka  kita perlu pemetaan jenis toko buku. Toko buku ini kita petakan menjadi tiga jenis yaitu Toko Buku Modern, Toko Buku Semi Modern, dan Toko Buku Tradisional.  
Kenapa kita perlu petakan jenis toko buku tersebut , hal ini dikarenakan tiap jenis toko buku tersebut mempunyai sistem administrasi dan tempat yang berbeda.
Contoh toko buku modern yaitu Gramedia Books Store, Gunung Agung Books Store dan TogaMas Books Store. Toko Modern ini mempunyai sistem transaksi mengikuti perkembangan teknologi yang dapat dikendalikan dengan sistem centralisasi dan sebagainya. Adapun toko buku semi modern biasanya masih dikendalikan dan mengunakan sistem administasi penjualan per toko . Sedangakan Toko Tradisional biasanya sistem transaksinya masih manual . Untuk itu saluran toko buku tersebut di atas masih dijadikan jalur distribusi oleh para Penerbit buku dengan sistem titip jual / konsinyasi, kecuali toko buku tradisional diberlakukan kredit dan jual putus.
Strategi Promosi di toko buku Modern ada berbagai macam cara yang perlu kita lakukan , antara lain :
          1) Menguasai display buku , supaya tampilan buku dapat terlihat dan menonjol.
2) Mengadakan promosi di internal toko dengan memasang produk di Neon Box, X Banner
3) Mengadakan Bedah Buku , Talkshow dan potongan Harga pada buku tertentu atau periode tertentu.
4) Mengadakan event tematik sesuai moment bulan berjalan (program Ramadhan,  Program TAB, Program TAM , dll )
5) Dan masih banyak lagi program promosi di toko buku modern yang dapat kita lakukan , kuncinya kita proaktive komunikasi dengan pihak internal Toko Buku modern tersebut.

       B. Directselling
Pemasaran Buku melalui Directselling ini kita petakan berdasarkan jenis kategori buku yang kita terbitkan. Jenis Katagori buku penjualan lewat Directselling ini kita bagi menjadi beberapa target pasar yaitu :
1) Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran Utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).
2) Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kualiah
3) Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum
Dengan pemetaan jenis kategori tersebut diatas maka Industri Penerbitan Buku seperti Penerbit Andi melakukan terobosan pemasaran dengan menempatkan tenaga penjual (Sales) . Tugas Tenaga Penjual / sales tersebut diberii tanggungjawab target sesuai maping areanya masing – masing yang bertugas :
1) Kunjungan langsung ke tiap sekolah
2) Kunjungan langsung ke setiap kampus
3) Kunjungan langsung ke setiap Perpustakaan sekolah, Perpus Kampus, Perpustaan Daerah dll.
Dengan kunjungan langsung tersebut diharapkan dapat berinteraksi dengan membangun hubungan yang baik dengan pihak Internal Sekolah, Kampus, Perpustakaan dll. Sehingga dampaknya hasil penjualan buku dapat meningkat.

C. Melakukan Event – Event
Aktive dalam melakukan event – event  seperti event Pameran buku, dalam seminar, workshop, Tryout, dan sebagainya.

        Penulis menyimpulkan bahwa pemasaran buku memiliki jalan yang panjang, namun sebenarnya mudah dilakukan. Penulis dan penerbit harus menciptakan iklim kerjasama yang baik. Selain itu, kita harus selalu proaktif dan komunikatif dalam komunitas baik secara daring maupun luring.