Assalamulaikum warohmatullohi
wabarokatuh.
Salam dan Bahagia.
Selamat berjumpa Kembali, Bapak Ibu Guru
Hebat. Pada kesempatan ini, saya Sumiyati CGP Angkatan 6 dari DIY akan
menyampaikan Koneksi Antar Materi Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi
Akademik. Sebelumnya, Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Pengajar Praktik,
Ibu Siti Sumiyati, beserta Bapak Fasilitator Bapak Edy Susiadi Purnama yang
telah mendampingi serta membimbing selama Program Guru Penggerak ini.
Refleksi Modul 3.2 Coaching untuk
Supervisi Akademik
Coaching merupakan sebuah proses
kolaborqasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis,
di mana coach nmemfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup,
pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee.
Paradigma Berpikir Coaching
1. 1. Fokus
pada coachee yang akan dikembangkan
2. 2. Bersikap
terbuka dan ingin tahu
3. 3. Memiliki
kesadarqan diri yang kuat
4. 4. Mampu
melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip Coaching
1. Kemitraan
Dalam coaching,
posisi coach terhadap coacheenya adalah mitra. Hal itu berarti setara, tidak
ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah.
2. Proses
Kreatif
Proses kreatif
ini dilakukan melalui percakapan dua arah, memicu prose3s berpikir coachee,
memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.
3. Memaksimalkan
Potensi
Untuk
memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu
diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang
dikembangkan.
Coaching dalam Konteks Pendidikan
Filosofi KHD
Proses coaching sebagai
komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan
untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai “pamong” dalam
memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan
arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Sistem Among
Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing
Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan
keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching.
Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan
memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid.
Kompetensi Inti Coaching
1. Kehadiran
Penuh
Kemampuan untuk
bisa hadir utuh bagi coachee, sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang
melakukan percakapan coaching.
2. Mendengarkan
Aktif
Seorang coach
yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Fokus dan
pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara.
3. Mengajukan
Pertanyaan Berbobot
Pertanyaan yang
diajukan dapat menggugah orang untuk berpikir, menstimulasi pemikiran coachee,
memunculkan hal-hal baru, mengungkapkan emosi.
Percakapan Berbasis Coaching
dengan Alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, Tanggungjawab)
1. Tujuan
Coach perlu
mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini.
2. Identifikasi
Proses menggali
semua hal yang terjadi pada diri coachee.
3. Rencana
Aksi
Coach membantu
coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya
akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
4. Tanggungjawab
Komitmen coachee
dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya
Supervisi Akademik dengan
Paradigma Berpikir Coaching
Supervisi akademik perlu dimaknai
secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru
sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni
pembelajaran yang berpihak pada murid. Beberapa prinsip supervise akademik
dengan paradigma berpikir coaching meliputi: kemitraan, konstruktif, terencana,
reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komprehensif. Siklus dalam supervise
klinis pada umumnya meliputi tiga tahap, yakni: Pra Observasi, Observasi dan
Pasca Observasi.
Koneksi Antar Materi
Keterkaitan dengan Modul 2.1
Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam pembelajran berdiferensiasi diadakan pemetaan dengan 3 cara: minat murid, kebutuhan belajar murid, dan profil belajar murid. Pemetaan ini digunakan seorang coach sebagai data dalam proses coaching, sehingga coachee dalam hal ini murid mampu mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya untuk menemukan solusi terbaik.
Keterkaitan dengan Modul 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional
Hal-hal yang harus dipahami dalam Kompetensi Sosial dan Emosional yaitu: Kesadaran Diri, Kesadaran Sosial, Pengelolaan Diri, Keterampilan Berelasi, dan Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab. KSE digunakan oleh seorang guru dalam melakukan coaching terhadap coachee, agar terjadi pengendalian diri dan emosi untuk coach dan coachee serta menimbulkan rasa empati dan rasa sosialisasi serta dapat mengambil keputusan yang tepat dan bertanggungjawab.
Peran sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya
Di dalam kompetensi coaching dengan alur TIRTA, mewajibkan kita sebagai coach untuk dapat melakukan kehadiran penuh, salah satunya dengan kegiatan STOP dan mindfull listening yang telah dipelajari pada modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional. Salah satu prinsip coaching adalah memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat. Percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang diberdayakan atau coachee. Karena potensi coachee beragam, maka kompetensi sosial emosional diperlukan untuk memaksimalkan potensinya.
Demikianlah koneksi antar materi modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik.
Sampai bertemu pada materi selanjutnya.
Salam Guru Penggerak.
Guru Bergerak, Indonesia Maju.
Wassalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.