Halaman

Kamis, 27 Oktober 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

 Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

    Salam dan Bahagia.

    Perkenalkan, Saya Sumiyati CGP Angkatan 6 DIY dari SD Negeri Srepeng Semanu Gunungkidul.

    Pada kesempatan kali ini, Saya akan menyampaikan Koneksi Antar Materi Modul 1.4 tentang Budaya Positif.

    Sebelumnya, Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Fasilitator dan Pengajar Praktik, Bapak Edy Susiadi Purnama dan Ibu Siti Sumiyati yang selalu setia mendampingi Saya dalam melaksanakan kegiatan Program Guru Penggerak ini. Terima kasih juga Saya ucapkan kepada keluarga, anak dan suami, rekan sejawat di sekolah yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi dalam Saya melaksanakan kegiatan ini. 

    Koneksi Antar Materi modul 1.4 ini akan Saya sampaikan keterkaitan antar materi mulai dari modul 1.1 tentang Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak, dan modul 1.4 tentang Budaya Positif. Tujuan akhir dari modul 1 ini adalah terwujudnya murid yang memiliki profil pelajar pancasila.

    Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah menuntun. Menuntun segala kekuata kodrat yang ada pada anak (alam dan zaman) agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Ki Hajar Dewantara juga menyampaikan bahwa pendidikan harus menghamba pada murid. Pendidikan haruslah berpihak pada murid, sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan anak. Seorang pendidik atau guru, menurut Ki Hajar diibaratkan sebagai seorang petani, sedangkan sekolah ibarat lahan atau taman. Di lahan atau taman tersebut kita semai benih-benih yang berbeda karakteristiknya, dalam hal ini adalah murid. Sebagai seorang petani hanya bisa menuntun tumbuhnya benih dengan merawatnya. Begitulah kita menuntun murid, diibaratkan seperti seorang petani.

   Berdasarkan pernyataan Ki Hajar Dewantara tersebut, maka seorang guru harus mempunyai nilai dan menjalankan perannya agar mampu menuntun tumbuh kembangnya murid melalui pengajaran yang berpusat pada murid. Nilai-nilai yang harus dimiliki seorang guru penggerak adalah mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Sedangkan peran yang harus dijalankan seorang guru penggerak adalah menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, serta menggerakkan komunitas.

    Dalam mewujudkan suatu perubahan, kita memerlukan visi dan langkah-langkah yang tepat untuk mencapainya. Visi dapat terwujud jika terdapat kerjasama dengan semua warga sekolah. Oleh karena itu, dalam mewujudkan visi diperlukan langkah konkrit menggunakan metode Inquiry Apresiatif dengan tahapan BAGJA. Tahapan BAGJA yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi.

    Berdasarkan penerapan tahapan BAGJA tersebut, akan muncul pembiasaan-pembiasaan positif di sekolah yang kita kenal dengan BUDAYA POSITIF. Budaya Positif ini akan menimbulkan rasa aman dan nyaman pada murid dalam proses pembelajaran. Budaya positif juga dapat mendorong murid untuk mampu berpikir, bertindak, dan mencipta sebagai proses memerdekakan dirinya sehingga murid lebih mandiri dan bertanggungjawab.

    Paparan di atas adalah keterkaitan antara materi modul 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4. Selanjutnya akan Saya sampaikan reflkesi pemahaman atas keseluruhan materi modul 1.4 tentang Budaya Positif.


Pertanyaan Refleksi

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu:disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

1. Disiplin Positif

    Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri.

2. Nilai Kebajikan dan Keyakinan Kelas

   Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang.

3. Posisi Kontrol

    Ada lima posisi kontrol, yaitu pemberi hukuman, pembuat rasa merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Posisi kontrol yang paling baik diterpakan untuk mewujudkan budaya positif adalah posisi kontrol manajer.

4. Kebutuhan Dasar

    Ada lima kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebutuhan akan penguasaan (power), kebutuhan akan kebebasan (freedom), dan kebutuhan akan kesenangan (fun). 

5. Segitiga Restitusi

    Segitiga restitusi merupakan cara untuk menerapkan budaya positif melalui 3 tahap, yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.


Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

    Setelah mempelajari modul 1.4 ini, saya berpikir bahwa untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah harus melibatkan murid dalam perencanaan hingga pelaksanaannya. Hal tersebut dilakukan dengan harapan untuk mewujudkan kelas atau sekolah yang nyaman, aman, positif berdasarkan keyakinan kelas atau sekolah yang diyakini bersama.

    Perubahan lainnya bahwa posisi kontrol yang Saya terapkan selama ini adalah posisi kontrol sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah. Hal tersebut ternyata kurang tepat untuk mewujudkan disiplin positif murid. Oleh karena itu, Saya harus mengubahnya menjadi posisi kontrol manajer dan menerapkan segitiga restitusi.

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

    Pengalaman yang pernah Saya alami dalam menerapkan konsep modul budaya positif, ketika Saya ingin menyelesaikan masalah pelanggaran disiplin murid dengan menggunakan posisi kontrol manajer dan menggunakan segitiga restitusi. Terkadang, sikap Saya tersebut berbenturan dengan kebiasaan di sekolah selama ini yang terbiasa menghukum murid untuk membentuk sikap disiplin. Oleh karena itu, Saya harus menggunakan pendekatan khusus untuk mensosialisasikan hal ini kepada rekan sejawat di sekolah.

Bagaimana perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

  Perasaan Saya ketika mengalami hal tersebut adalah merasa lebih tertantang untuk mengimplementasikan posisi guru sebagai manajer dan menerapkan segitiga restitusi dalam menangani kasus pelanggaran disiplin murid. Karena dengan menempatkan diri sebagai manajer, guru akan memberikan kesempatan kepada murid untuk mempertanggungjawabkan perilaku dan mendukung murid menemukan solusi atas permasalahannya. Saya juga merasa tertantang untuk menyusun strategi untuk mensosialisasikan konsep budaya positif kepada rekan sejawat, agar kami dapat berkolaborasi melakukan perubahan budaya positif di kelas maupun sekolah.

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik?Adakah yang perlu diperbaiki?

    Menurut Saya, hal baik yang sudah ada di lingkungan kelas dan sekolah adalah Disiplin Positif, Nilai-nilai Kebajikan, serta Keyakinan Kelas yang dibangun bersama dengan Berpihak pada Murid. Adapun yang perlu diperbaiki adalah Posisi Kontrol seorang guru yang selama ini cenderung sebagai Penghukum dan Pembuat Merasa Bersalah, menuju posisi seorang Manajer.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

    Sebelum mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering Saya gunakan ketika berinteraksi dengan murid adalah penghukum dan pembuat merasa bersalah. Perasaannya pada saat itu, Saya merasa benar karena telah berhasil mendisiplinkan murid, walupun dengan terpaksa dan memang hasilnya tidak bisa konsisten. Setelah mempelajari modul ini, Saya mencoba menggunakan posisi kontrol sebagai manajer. Saat Saya mampu melaksanakan posisi kontrol manajer dengan penerapan segitiga restitusi, Saya merasa bangga dengan murid Saya karena mereka lebih menunjukkan rasa tanggung jawabnya saat memperbaiki kesalahan.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelumnya, saya pernah secara tidak sadar menggunakan konsep segitiga restitusi, akan tetapi tahapan restitusinya tidak dilaksanakan secara menyeluruh. Tahapan yang pernah Saya laksanakan adalah menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Untuk menanyakan keyakinan belum Saya laksanakan, karena sebelumnya Saya cenderung meminta murid memperbaiki kesalahannya dengan melakukan konsekuensi atau hukuman sesuai yaang disepakati atau kehendak Saya. Jadi bukan pendapat atau restitusi dari murid sendiri.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

    Hal yang menurut Saya penting untuk menciptakan budaya positif adalah kolaborasi yang baik seluruh anggota komunitas sekolah maupun dengan pihak-pihak terkait serta sarana dan prasarana yang mendukung. Kolaborasi anggota komunitas sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai kebajikan sangat dibutuhkan agar dapat membangun budaya positif sekolah. Sarana prasarana sekolah sangat menunjang untuk mewujudkan sekolah yang nyaman, aman, dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan dan tentu saja berpihak pada murid.


Demikian tadi keterkaitan antar materi modul 1.1 sampai dengan 1.4 beserta refleksi pemahaman materi modul 1.4 Budaya Positif secara menyeluruh.

Guru hebat Indonesia Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.

Guru Bergerak, Indonesia Maju.

Wassalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.


Kamis, 17 September 2020

Upaya Mempertahankan Kemerdekaan (IPS Tema 2 KD 3.4)

 Assalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.

Apa kabar anak - anakku kelas 6 yang hebat?

Semoga kalian selalu sehat dan terus semangat dalam belajar.

Kali ini, kita akan belajar materi IPS tentang upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Simak baik  - baik materi berikut ini ya!

Sebelumnya, siapkan alat tulis dan buku catatan untuk mencatat hal - hal penting dalam materi ini!


Anak - anakku yang hebat, menurut kalian, Apakah setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia perjuangan bangsa Indonesia sudah selesai?

Ternyata, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia belum selesai. Hal itu disebabkan oleh tidak diakuinya kedaulatan dan kemerdekaan negara kita oleh Belanda. Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, bangsa Belanda masih saja datang untuk kembali menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Sekutu. Bangsa Indonesia dengan segenap kekuatannya berusaha untuk melawan Sekutu dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Usaha mempertahankan kemerdekaan itu dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui medan pertempuran dan meja perundingan.

Berikut ini adalah usaha mempertahankan kemerdekaan melalui medan pertempuran:

  1. Pertempuran Surabaya

            a.  Sebab Pertempuran
                Tentara Sekutu (Inggris) pertama kali mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Dua hari kemudian tentara Inggris menyerbu penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu dan pegawai RAPWI (Relief of Alleid Prisoner of War and Internees). Tentara sekutu menguasai tempat-tempat penting seperti Kantor pos besar, gedung Bank Internatio, dan pangkalan udara Tanjung. Pertempuran di Surabaya meluas hampir keseluruh kota. Inggris menyerang dengan peralatan perang yang lengkap. Para pemuda berusaha mengepung dan menyerang gedung tersebut. Dalam insiden itu, Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby tewas. Tewasnya Brigjen AWS Mallaby inilah yang menyebabkan Sekutu marah dan mengeluarkan ultimatum pada tanggal 9 N0vember 1945. Isi ultimatum tersebut adalah "Rakyat Surabaya supaya menyerahkan senjata kepada Inggris selambat-lambatnya pukul 6.00, 10 November Apabila tidak dilaksanakan, Surabaya akan digempur baik dari darat, laut, maupun udara."

            b.  Waktu Pertempuran
Pertempuran Surabaya berlangsung dari tanggal 27 Oktober 1945 - 20 November 1945. Namun puncak dari pertempuran ini terjadi pada tanggal 10 November.

            c.   Jalannya Pertempuran
Ultimatum dari Sekutu ditolak oleh rakyat Surabaya. Rakyat Surabaya bertekad untuk mempertahankan Kota Surabaya sampai titik darah penghabisan. Setelah batas ultimatum habis, Kota Surabaya mulai digempur oleh tentara Inggris. Kota Surabaya diserang dari darat, laut dan udara. Salah satu pemimpin arek-arek Surabaya, antara adalah Bung Tomo. Ia mengobarkan semangat bagi para pejuang Surabaya untuk menggempur musuh. Karena persenjataan yang tidak seimbang, banyak rakyat Surabaya yang gugur. Akhirnya mereka kalah. Kota Surabaya kemudian jatuh ke tangan Inggris. 

            d.   Daerah Pertempuran
Pertempuran Surabaya ini terjadi di Kota Surabaya, diawali dengan pertempuran di depan Gedung Internatio pada tanggal 27 Oktober 1945, pertempuran di Jembatan Merah tanggal 30 Oktober yang menyebabkan tewasnya Brigjen Mallaby.

            e.  Tokoh Yang Terlibat dalam Pertempuran
Tokoh yang terlibat dalam pertempurn ini dari Indonesia adalah Bung Tomo dan Gubernur Suryo. Bung Tomo mengobarkan semangat bagi rakyat Surabaya melalui radio. Semboyannya adalah "Merdeka atau Mati".
Sedangkan tokoh dari Sekutu adalah Brigjend AWS Mallaby yang tewas pada tanggal 30 Oktober 1945.

            f.   Akhir Pertempuran
Pertempuran 10 November 1945 menjadi pertempuran terbesar sepanjang perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Ribuan rakyat Indonesia tewas dalam pertempuran tersebut begitu pula dengan pihak Inggris. Pasukan yang didatangkan dari India juga menjadi korban dari pertempuran tersebut. Tercatat lebih dari 10.000 rakyat Indonesia dan juga pasukan Inggris tewas dalam pertempuran Surabaya. Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. [2]. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.
    2. Pertempuran Ambarawa

            a. Sebab Pertempuran
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang.
Kedatangan Sekutu ini diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut justru dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. 

            b. Waktu Pertempuran
Pertempuran Ambarawa ini terjadi pada tanggal 12 Desember 1945 - 15 Desember 1945.

            c. Jalannya Pertempuran
Pada tanggal 26 Oktober 1945 di kota Magelang terjadi pertempuran antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan gabungan Inggris dan NICA. Insiden tersebut terhenti setelah Soekarno dan Brigadir Bethell melakukan perundingan dan memperoleh kata sepakat. Namun, ternyata pihak Sekutu mengingkari janji. Pada tanggal 12 Desember 1945, pertempuran berkobar di Ambarawa.
Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi, sehingga musuh benar-benar terkurung.
            d. Daerah Pertempuran
Daerah pertempurannya adalah di Ambarawa.

            e. Tokoh Yang Terlibat dalam Pertempuran
Tokoh dari Indonesia yang terlibat dalam pertempuran ini adalah Letkol Isdiman yang gugur dalam medan pertempuran dan digantikan oleh Kolonel Sudirman.
Sedangkan dari pihak Sekutu, tokohnya adalah Brigadir Bethel.

            f.  Akhir Pertempuran
Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir. Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur.
Kemenangan ini diperoleh berkat kerja sama dari seluruh rakyat di Ambarawa. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya “Monumen Palagan Ambarawa” dan diperingati sebagai hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri.

      3.  Pertempuran Medan Area
            a. Sebab Pertempuran

Pada tanggal 9 November 1945, pasukan Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Sumatera Utara yang dikuti oleh pasukan NICA (Nederlandsch Indiƫ Civil Administratie). Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly menyatakan pada pemerintah RI akan melaksanakan tugas kemanusiaan, mengevakuasi tawanan dari beberapa kamp di luar Kota Medan. Dengah dalih menjaga keamanan, para bekas tawanan diaktifkan kembali dan dipersenjatai.

Latar belakang pertempuran Medan Area, diantaranya yaitu:

  • Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
  • Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih.
  • Ultimatum agar pemuda Medan menyerahkan senjata kepada Sekutu.
  • Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area (Batas Resmi Medan Area)” di sudut-sudut pinggiran Kota Medan.

            b. Waktu Pertempuran
Puncak Pertempuran Medan Area ini adalah tanggal 10 Desember 1945 - 15 Februari 1947.

            c. Jalannya Pertempuran
Pada tanggal 7, 8, dan 9 Desember 1945, siang dan malam hari di mana-mana asrama tentara India-Inggris/NICA diserang oleh pemuda dan TKR. Akibat serangan tersebut, pada tanggal 10 Desember 1945 tentara Inggris/NICA menyerang markas TKR di Deli Tua (Two Rivers). Tiga hari kemudian, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly kembali mengeluarkan Maklumat yang meminta agar Bangsa Indonesia harus menyerahkan senjatanya kepada tentara Sekutu dan barang siapa memegang senjata di dalam kota Medan dan 8,5 Km dari batas kota Medan dan Belawan akan ditembak mati.

            d. Daerah Pertempuran
Pertempuran ini berlangsung di daerah Medan, Sumatera Utara.

            e. Tokoh Yang Terlibat dalam Pertempuran
Tokoh dari Indonesia yang terlibat dalam pertempuran ini adalah : Ahmad Tahir dan Teuku Mohammad Hasan. Sedangkan dari NICA adalah Jendral TED. Kelly

            f.  Akhir Pertempuran
Pertempuran Medan Area berakhir pada 15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah ada perintah dari Komite Teknik Gencatan Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Setelah itu, Panitia Teknik genjatan senjata melakukan perundingan untuk menetapkan garis demarkasi yang definitif untuk Medan Area.
Dalam perundingan yang berakhir pada tanggal 10 Maret 1947 itu, ditetapkan suatu garis demarkasi yang melingkari kota Medan dan daerah koridor Medan Belawan. Panjang garis demarkasi yang dikuasai oleh tentara Belanda dengan daerah yang dikuasai oleh tentara Republik seluruhnya adalah 8,5 Km. Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulai pemasangan patok pada garis demarkasi itu.
Namun kedua pihak, Indonesia dan Belanda, selalu bertikai mengenai garis demarkasi ini. Empat bulan setelah pertempuran ini berakhir, Belanda melaksanakan Operatie Product atau disebut Agresi Militer Belanda I.

Nah, anak - anakku yang hebat, itu tadi informasi mengenai Pertempuran Surabaya, pertempuran Ambarawa dan Pertempuran Medan Area dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Sekarang, tugas kalian adalah melanjutkan mencari informasi tentang Peristiwa Bandung Lautan Api, Agresi Militer Belanda I, dan Agresi Militer Belanda II.
Informasi yang dikumpulkan adalah mengenai sebab pertempuran, waktu, jalannya pertempuran, daerah pertempuran, tokoh yang terlibat dan akhir pertempuran.
Tulis informasi tersebut dalam buku catatan kalian.

Selamat belajar anak - anakku.
Selamat membaca.
Buku adalah gudang ilmu.
Yuks,,temukan banyak ilmu di dalamnya.

Jumat, 28 Agustus 2020

Belajar PPKn Tema 2 KD 3.4 Menelaah dampak persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara

 Assalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.....
Semangat pagi anak - anak....
Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan semangat dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Dari Rumah.
Anak - anakku kelas 6 yang hebat, kali ini kita akan belajar materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tema 2. Persatuan dalam Perbedaan.
Nah, coba sekarang kalian simak baik - baik bacaan berikut atau yang ada di buku Tema 2 kalian halaman 9!

Perbedaan yang Menguatkan
        Kampung Cempaka adalah sebuah kampung transmigran. Warganya berasal dari berbagai daerah padat di Pulau Jawa. Hal itu menjadikan mereka berbeda suku maupun agama.
        Di Kampung Cempaka, hiduplah lima orang sahabat. Ada Asnah yang berdarah Sunda, Utami dari Banyuwangi, Toni, seorang anak etnis Tionghoa yang sebelumnya tinggal di Semarang, Wande dari suku Tengger di Jawa Timur, dan Marta, anak seorang pendeta yang dahulu tinggal di Solo. Di Kampung Cempaka, rumah mereka bersebelahan dan mereka pergi ke sekolah yang sama. Itu sebabnya mereka sangat akrab. Mereka suka bermain bersama dan sering menghabiskan waktu di rumah satu sama lain.
        Meskipun berbeda suku, kebersamaan begitu kental terlihat dalam keseharian mereka. Bersama anak-anak lain di Kampung Cempaka, mereka setiap akhir minggu berkumpul di balai utama kampung. Biasanya, selain berolahraga bersama, mereka juga kerap berkeliling ke rumah warga, membantu melakukan apa saja yang dibutuhkan warga. 
    Kadang-kadang mereka membantu warga lanjut usia, sekadar membereskan rumah atau menyiapkan makanan. Sesekali mereka juga membantu orang tua yang sedang bekerja bakti membersihkan lingkungan.
        Dari Toni, mereka belajar menari Barongsai. Lalu mereka ajarkan tarian itu kepada anak-anak sekampung. Sementara itu, setiap tiba saat panen, Wande dan keluarganya akan sibuk memimpin warga membuat Tumpeng Gede, yaitu nasi khas dari daerah Tengger yang dibuat untuk mensyukuri
berkah Tuhan dalam wujud panen raya.
        Sikap toleransi yang ditunjukkan kelima sahabat itu memang sekadar berupa hal-hal kecil. Hal kecil dalam keseharian itulah yang mencerminkan kehidupan Bhinneka Tunggal Ika di Kampung Cempaka yang kaya akan perbedaan. Mereka hidup damai berdampingan dan tulus saling menjaga.

(sumber : Anggari, Anggi St, dkk. 2018.Buku Tema 2 Persatuan dalam Perbedaan. Pusat Perbukuan Kemendikbud)

Anak - anakku yang hebat, setelah membaca bacaan tadi, sekarang coba kalian temukan hal - hal berikut ini:
1. Apa perbedaan yang ada dalam cerita tersebut?
2. Bagaimana cara mensikapi perbedaan tersebut?
3. Apa manfaat hidup rukun berdasarkan bacaan tersebut?

Sekarang perhatikan gambar di bawah ini!

Jika kalian ada dalam permainan tersebut, apa yang harus kalian perhatikan terkait kerukunan dan persatuan?

Anak - anak, hidup rukun memiliki arti yang sangat penting dalam mewujudkan persatuan.
Hidup rukun merupakan hidup yang saling menghargai, hormat menghormati serta saling menyayangi antara sesama manusia. Hidup rukunn harus diterapkan di manapun. Di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Berikut adalah beberapa manfaat hidup rukun:
a. saling tolong menolong
b. memperluas pergaulan
c. menciptakan keharmonisan
d. menciptakan perdamaian
e. tercipta komunikasi yang baik
f. menghindari pertikaian atau konflik
g. menciptakan ketenangan hidup
h. menciptakan kemakmuran
Dan masih banya lagi manfaat yang kita dapatkan dengan hidup rukun. Seperti dalam bacaan tadi, dengan hidup rukun anaak - anak bisa saling bertukar ilmu tentang budaya dari masing - masing daerah.

Setelah memahami pentingnya hidup rukun dalam persatuan, tulislah 3 contoh wujud persatuan di dalam kelasmu dan bagaimana cara mewujudkannya! 

Anakk - anakku yang hebat, setelah memahami pentinya hidup rukun dalam persatuan, kita akan mencari tahu apa manfaat kerja sama dan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sehari - hari.
Untuk itu, bacalah dengan teliti bacaan berikut atau yang ada di Buku Tema 2 kalian halaman 52 - 53!

Kami Berbeda, namun Kami Bekerja Sama
         Matahari belum tinggi ketika Edo, Dayu, dan teman-temannya bermain di halaman sekolah. Ada yang bermain lompat karet, ada yang bermain Petak Jongkok, ada yang bermain Congklak di selasar kelas, dan sebagian lagi ikut dalam permainan Rangku Alu.
        Edo, Dayu, Siti, Udin, Beni, dan Lani memilih ikut permainan Rangku Alu bersama beberapa teman lain. Mereka memang lebih suka dengan permainan olah tubuh di luar ruangan.
        Baru beberapa hari yang lalu, teman baru mereka, Yanes yang memperkenalkan permainan ini. Yanes berasal dari Alor, Nusa Tenggara Timur. Permainan yang menggunakan tongkat bambu ini adalah permainan anak yang digemari di sana. Edo, Dayu, dan teman-teman di SD Nusantara
senang sekali mengenal permainan baru ini.
“Seru dan menantang!” kata mereka.
        Anak-anak di SD Nusantara justru gembira menyambutnya. Perbedaan warna kulit, adat, kebiasaan, bahasa, atau agama tidak mereka anggap sebagai masalah. Semua akrab bermain bersama. Pernah sekali waktu, ketika Edo bercanda akrab dengan Siti dan Dayu, Hendra berkomentar,
“Ih, Dayu, mau-maunya kamu bermain dengan Edo yang berkulit hitam. Nanti kulitmu yang putih tertular hitam, lho!” ejeknya.
    “Ah, aku tak pernah pusing dengan warna kulit, tak pernah pusing dengan asal daerah. Aku dan Siti pun berbeda. Aku anak Bali, Siti anak Sumatra, tetapi kami saling memahami. Pertemanan hanya butuh waktu untuk saling menyesuaikan. Aku pun butuh waktu untuk menyesuaikan diri denganmu,
Hendra.” Balas Dayu tenang. Hendra pun terdiam. Sesungguhnya, ia juga tidak pernah mengalami masalah dengan temannya yang berbeda asal.
        Begitulah gambaran keseharian di SD Nusantara. Anak-anak tetap rukun, bekerja sama, dan bersatu, walaupun mereka berbeda-beda. Wawasan mereka semakin kaya karena mengenal adat dan bahasa daerah lain. Semakin kaya dengan bermain bersama aneka permainan tradisional. Rangku Alu, Benthik, Gobak Sodor, atau Cingciripit menjadi perekat yang menyenangkan.

(sumber : Anggari, Anggi St, dkk. 2018.Buku Tema 2 Persatuan dalam Perbedaan. Pusat Perbukuan Kemendikbud)

Setelah kalian selesai membaca, jawablah pertanyaan - pertanyaan berikut ini atau yang ada di Buku Tema 2 kalian!
1. Apa saja perbedaan yang kalian temukan dalam cerita di atas?
2. Bagaimana sikap Edo dan kawan - kawan menyikapi perbedaan tersebut?
3. Apakah perbedaan menghalangi mereka dalam melakukan kerja sama?
4. Apa manfaat yang kita peroleh ketika mampu bekerja sama dengan orang - orang yang berbeda?
5. Pernahkah kalian bekerja sama dengan teman - teman yang berbeda? Berikan contoh!
6. Bagaimana kamu menyikapi perbedaan yang ada? Jelaskan!
7. Jelaskan manfaat kerja sama dan persatuan dalam kehidupan sehari - hari!



Anak - anakku yang Ibu banggakan, 
Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia karena negara kita terdiri atas berbagai suku, agama, dan ras.
Persatuan dan kesatuan merupakan hal yang sangat penting, baik dalam rangka merebut, mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan.
"Bersatu Kita Teguh" mengandung makna menyatunya berbagai unsur dan perbedaan yang ada menjadi suatu kesatuan yang utuh dan serasi sehingga muncul suatu kekuatan.
Bangsa Indonesia telah membuktikan bahwa sengan persatuan dan kesatuan, kita mampu menghadapi penjajah dan akhirnya meraih kemerdekaan.

Coba kalian diskusikan baik dengan orang tua, kakak maupun teman kalian pertanyaan - pertanyaan berikut ini!
1. Apa makna "Bersatu Kita Teguh" seperti yang Ibu sampaikan di atas?
2. Mengapa persatuan dan kesatuan sangat pentng bagi bangsa Indonesia?
3. Sebutkan 3 contoh sikap yang mencerminkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan sehari - hari!

Untuk menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut anak - anak juga bisa membaca Buku Tema 2 halaman 122- 123.

Anak - anakku kelas 6 yang hebat, selesai sudah kita belajar materi PPKn Tema 2 kali ini.
Silakan materi ini kalian simak baik - baik. Baca berulang - ulang jika perlu. Jika ada pertanyaan, silakan tulis di kolom komentar ya..

Dengan membaca, kita buka jendela dunia.
Maka rajinlah membaca anak - anakku.

Selamat belajar dan tetap semangat ya......