Halaman

Rabu, 01 Maret 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 


Assalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.

Salam Guru Penggerak. Semangat pagi guru-guru hebat.

Salam dan Bahagia.

Alhamdulillahirobbil alamin. Selamat berjumpa kembali. Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan Koneksi Antar Materi Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Edy Susiadi Purnama selaku fasilitator, serta Ibu Siti Sumiyati selaku Pengajar Praktik, yang senantiasa mendampingi saya dalam mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 6.

Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.


Kesimpulan tentang Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Implementasinya di sekolah

Sekolah sebagai Ekosistem Pendidikan

        Sekolah sebagai sebuah ekosistem pendidikan, artinya bahwa sekolah merupakan sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik dan abiotik yang menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik adalah unsur makhluk hidup, dalam hal ini yaitu murid, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dinas terkait, orang tua, masyarakat, dan pemerintah daerah. Sedangkan faktor abiotik yang merupakan unsur tidak hidup, yaitu sarana dan prasarana sekolah, keuangan, serta lingkungan alam. Dengan pengelolaan yang tepat, faktor biotik dan abiotik yang merupakan sumber daya di sekolah, dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

        Pengelolaan sumber daya dalam ekosistem sekolah, bisa dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu Defisit-Based Aprroach (Pendekatan Berbasis Kekurangan) dan Asset-Based Approach (Pendekatan Berbasis Kekuatan/Aset). Defisit-Based Aprroach (Pendekatan Berbasis Kekurangan) yaitu sebuah pendekatan yang memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokusnya adalah bagaimana mengatasi kekurangan atau apa yang menghalangi, sehingga membuat kita menutup mata terhadap potensi yang dimiliki. Asset-Based Approach (Pendekatan Berbasis Kekuatan/Aset) yaitu sebuah pendekatan yang merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Pusat perhatian pada pendekatan ini adalah pada apa yang berjalan dengan bauk, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

        Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis aset:


        Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), merupakan pendekatan yang menekankan pada nilai, prinsip, dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. PKBA ini mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

        Ada tujuh aset atau modal dalam lingkungan atau ekosistem sekolah, yaitu: modal manusia, modal sosial, modal agama dan budaya, modal politik, modal sosial, modal lingkingan/alam, serta modal financial atau keuangan. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya meru[akan seseorang yang mampu menjadikan sumber daya di sekitarnya menjadi kekuatan atau modal untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid.


Hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelejarhan murid menjadi lebih berkualitas

        Sumber daya di sekolah merupakan faktor biotik dan abiotik dalam ekosistem sekolah itu sendiri. Faktor biotik meliputi murid, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, wali murid, dinas terkait, maupun masyarakat sekitar. Sedangkan faktor abiotik misalnya keuangan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum, dan lain-lain yang merupakab faktor tak hidup dalam ekosistem sekolah.

        Dari banyaknya sumber daya yang ada di sekolah tersebut, kita dapat memetakannya berdasarkan tujuh modal/aset untuk meudian kita manfaatkan dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid. Berikut contoh pengelolaan sumber daya di sekolah melalui pemetaan tujuh modal utama dan pemanfaatannya:

1. Modal Manusia

    Guru yang memiliki nilai-nilai guru penggerak (berpihak pada murid, mandiri, inovatif, reflektif, kolaboratif) akan mampu melaksanakan pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid untuk mengenali potensi dirinya. Modal manusia berikutnya adalah murid. Dalam pembelajaran, murid buan hanya sebagai obyek, namun juga sebagai subyek. Melalui pemetaan kesiapana dan profil belajar murid yang tepat, guru dapat mengembangkan stategi maupun model pembelajaran yang bervariasi dan menarik bagi murid. Modal manusia yang lainnya adalah kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas, maupun masyarakat sekitar, yang bisa kita manfaatkan untuk berkolaborasi dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.

2. Modal fisik

    Modal fisik meliputi sarana dan prasarana di sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, misalnya gedung sekolah, laboratorium, alat peraga, dan lain-lain. Sarana dan prasarana yang memadai akan menunjang pembelajaran murid menjadi lebih efektif, bermakna, dan menyenangkan.

3. Modal Politik

    Modal politik yang dimiliki sekolah adalah kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dan yang mempunyai akses untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat dalam hal ini dinas terkait yang menaungi sekolah. 

4. Modal Finansial

       Modal finansial yang dimiliki sekolah antara lain BOS, BOSDA, dana infak, koperasi sekolah. Modal finansial tersebut jika dikelola dengan benar sesuai dengan peruntukannya, maka akan dapat membantu sekolah dalam mewujudkan program yang berdampak positif pada murid.

5. Modal Sosial

        Modal sosial meliputi kolaborasi guru dengan sesama guru, wali murid, masyarakat, maupun pihak lain yang dapat membantu proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Kolaborasi ini bisa diwujudkan melalui MOu dengan pihak terkait, KKG, maupun Paguyuban Orang Tua (POT).

6. Modal Lingkungan/Alam

    Modal lingkungan/alam merupakan lingkungan sekitar sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid. Modal lingkungan/alam ini misalnya pasar, telaga, jalan raya, lapangan, dll.

7. Modal Agama dan Budaya

    Modal agama dan budaya yang dimiliki sekolah antara lain pembiasaan keagamaan di sekolah, peringatan hari besar agama, adanya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budaya, misalnya mulok batik, ekstrakurikuler kesenian, dll.


Hubungan materi modul 3.2 dengan modul sebelumnya

1.   Keterkaitan dengan modul 1.1 Filosofi KHD

            Tugas guru sesuai dengan filosofi KHD adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat mencapai keselamatan adan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus mampu menggali dan menemukenali kemampuan muridnya (modal manusia), menyesuaikan dengan kodratnya, agar dapat nyaman dan bahagia dalam proses pembelajarannya.

2. Keterkaitan dengan modul 1.2 Nilai dan Peran guru Penggerak

            Nilai guru penggerak (berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif, dan inovatif) serta perannya (sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid) menjadi nilai positif yang digunakan untuk mengelola Sumber Daya agar tepat guna dan tepat sasaran, sehingga bisa meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Keterkaitan dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak

            Guru harus mampu mengidentifikasi potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh ekosistem sekolah untuk merancang visi yang berpihak pada murid serta merancang prakarsa perubahan dengan Inquiry Apresiatif dengan tahapan BAGJA. 

4. Keterkaitan dengan modul 1.4 Budaya Positif

            Budaya positif di kelas dan sekolah perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang diharapkan.  Dalam penerapan budaya positif di sekolah, guru perlu memahami aset yang dimiliki sehingga penerapan budaya positif lebih optimal. Semua komponen diharapkan dapat terlibat khususnya guru sebagai manajer kontrol dan role model. Melalui kebiasaan baik yang membudaya, hal ini juga dapat dijadikan kekuatan bagi sekolah.

5. Keterkaitan dengan modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

            Pembelajaran berdiferensiasi dapat memfasilitasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan murid, baik minat, kesiapan, maupun profil belajarnya. Pemetaan dan pengelolaan sumber daya dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

6. Keterkaitan dengan modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

            Kompetensi Sosial emosional yang dimiliki guru dan murid, menjadi pemndukung dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Dalam rangka memetakan dan mengelola sumber daya dalam ekosistem sekolah, KSE diperlukan dalam menanggulangi stres ketika mengelola sumber daya dan pengambilan keputusan.

7. Keterkaitan dengan modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

         Coaching diperlukan peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan melalui pembekalan kemampuan memecahkan masalah dengan mengoptimalkan potensi diri. Coaching sangat diperlukan dalam menggali masalah dan potensi murid maupun guru untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi oleh murid maupun guru terkait dengan pemanfaatan sumber daya.

8. Keterkaitan dengan modul 3.1 Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

          Pengambilan keputusan yang tepat dilakukan melalui pertimbangan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, te[pat dalam mengelola sumber daya, agar tidak keluar dari norma dan tata peraturan yang ada, juga setiap pengambilan keputusan harus berpihak pada murid.


Pemikiran yang sudah berubah setelah mengikuti proses pembelajaran modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

    Sebelum mempelajari modul ini, dalam mengatasi masalah saya berfokus pada adanya kekurangan atau hal yang harus diperbaiki, sehingga menutup diri dari potensi dan kekuatan yang mendukung. Jadi, selama ini kami masih menggunakan Defisit-Based Approach atau Pendekatan Berbasis Kekurangan, sehingga solusi permasalahan maupun kegiatan yang dilaksanan menjadi kurang maksimal.

    Setelah mempelajari modul ini membuat cara berpikir saya berubah menggunakan pendekatan Asset-Based Approach atau Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan. Melalui cara berikir dengan pendekatan ini, kita akan fokus untuk menemukenali potensi yang saya maupun komunitas miliki, sehingga dapat memberdayakan potensi tersebut dengan tepat untuk mengatasi masalah maupun untuk meraih visi.


 Demikianlah Koneksi Antar Materi Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Semoga materi ini bermanfaat bagi guru-guru hebat semuanya.

Wassalamualaikum warohmatullohiwabarokatuh.

Salam Guru Penggerak.

Guru Bergerak, Indonesia Maju.

2 komentar: