Halaman

Senin, 28 November 2022

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional


 Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Semangat Pagi.

Salam dan Bahagia.

Salam Guru Penggerak.

Pada kesempatan kali ini, Saya akan menyampaikan Koneksi Antar Materi Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional. Sebelumnya, Saya ucapkan terima kasih Fasilitator Bapak Edy Susiadi Purnama dan Pengajar Praktik Ibu Siti Sumiyati yang telah membimbing Saya dengan sabar selama mengikuti Program Guru Penggerak ini.


Refleksi Diri

Bapak dan Ibu, Guru Hebat seluruh Indonesia, sebagai pendidik tentunya kita pernah mengalami perasaan emosi dalam diri kita seperti marah, kecewa, khawatir, sedih, atau bahkan stres karena tumpukan tugas yang begitu banyak. Nah, Bapak Ibu Guru Hebat, bagaimana cara kita mengontrol diri? Maka dalam modul 2.2 ini kita akan mempelajari Pembelajaran Sosial Emosional dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya.


Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?


    Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap oositif mengenai aspek sosial dan emosional. Tujuan pembelajaran sosial dan emosional (PSE) adalah untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

    Pencapaian Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) ditandai dengan adanya: 1) Peningkatan 5 kompetensi sosial-emosional, 2) Lingkungan belajar yang suportif, 3) Peningkatan sikap pada diri sendiri, respek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah. Meningkatnya tiga hal tersebut dapat mnegurangi perilaku negatif dan tingkat stres, serta dapat meningkatkan perilaku positif dan performa akademik siswa.

    Sebelum membahas lebih lanjut tentang lima KSE, kita akan terlebih dahulu membahas tentang well being. Well Being adalah sebuah kondisi di mana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik. Memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.


 Lima Kompetensi Sosial-Emosional

     Lima Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) meliputi: 1) Kesadaran Diri; 2) Manajemen Diri; 3) Kesadaran Sosial; 4) Keterampilan Berelasi; dan 5) Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab.

1. Kesadaran Diri

    Kesadaran diri merupakan kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Seseorang yang memiliki kompetensi ini, antara lain dapat: menggabungkan identitas pribadi dan identitas sosial, mengidentifikasi kekuatas/aset diri dan budaya, mengidentifikasi emosi-emosi dalam diri, menunjukkan integritas dan kejujuran, menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai, menguji dan mempertimbangkan prasangka dan bias, memupuk efikasi diri, memiliki pola pikir bertumbuh, serta mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup.

2. Manajemen Diri

    Manajemen diri merupakan kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Seseorang yang memiliki kompetensi ini, antara lain dapat: mengelola emosi diri, mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres, menunjukkan disiplin dan motivai diri, merancang tujuan pribadi dan bersama, menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir, memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif, serta mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok.

3. Kesadaran Sosial

    Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki kompetensi ini, antara lain dapat: mempertimbangkan pandangan/pemikiran orang lain, mengakui kemampuan/kekuatan orang lain, mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih, menunjukkan kepedulian atas perasaan orang lain, memahami dan mengekspresikan rasa sukur, serta mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan.

4. Keterampilan Berelasi

        Keterampilan Berelasi merupakan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif. Seseorang yang memiliki kompetensi ini, antarqa lain dapat: berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi/hubungan positif, mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif, melawan tekanan sosial yang negatif, menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok, mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan, serta turut membela hak-hak orang lain.

5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab

     Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Seseorang yang memiliki kompetensi ini, antara lain dapat: menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran, mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial, berlatih membuat keputusan masuk akal setelah menganalisis informasi, data, dan fakta, mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya, menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, merefleksikan peran seseorang dalam memperkenalkan kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas, serta mengevaluasi pengaruh dari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan.


 Kesadaran Penuh (Mindfulness) Sebagai Dasar Penguatan Lima KSE

        Kesadaran penuh dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi sekarang, yang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan atau welas asih (Hawkins, 2017:15). Praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukanlah solusi sebuah permasalahan, akan tetapi merupakan praktik yang membantu kita dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang kita hadapi untuk fokus pada situasi yang dihadapi sekarang, bukan pada kekhawatiran pada masa yang akan datang maupun penyesalan pada masa lalu.

        Salah satu cara untuk melatih kesadaran penuh (mindfulness) adalah teknik STOP. Stop (Berhenti sejenak), Take a Breath (Ambil Napas), Observe (Observasi/Amati), dan Proceed (Lanjutkan). Dengan teknik ini, syaraf parasimpatik menenangkan tubuh dengan memperlambat detak jantung, menurunkan tekanan darah, mempertajam kekuatan otak bagian atas (korteks prefontal) yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi dan kesadaran, sehingga akan tercipta nuansa well-being.

Implementasi Kompetensi Sosial-Emosional (KSE)

    Implementasi KSE di sekolah, dapat dilaksanakan melalui: 1) Pengajaran Eksplisit; 2) Integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik; 3) Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah; 4) Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah.

Fakta Penting Pembelajaran Sosial-Emosional

    Dalam pelaksanaan pembelajaran sosial-emosional, kita akan menemukan fakta-fakta bahwa: 1) murid yang berkembang secara sosial dan emosional, pada saat yang sama mereka pun berkembang secarqaq akademik; 2) mengabaikan perkembangan sosial dan emosional dapat membawa efek buruk secara akademik; 3) pembelajaran sosial-emosional harus diimplementasikan secara sengaja.


Apa kaitan pembelajaran sosial-emosional yang telah dipelajari dengan modul-modul sebelumnya?

    

Kaitan Pembelajaran Sosial-Emosional dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara

    Melalui Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE), guru dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, sehingga tercipta kondisi nyaman, sehat, dan bahagia bagi murid. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun anak sesuai dengan kodr5at alam dan zamannya agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak menemukan kemerdekaan dalam proses belajarnya.

Kaitan Pembelajaran Sosial-Emosional dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

    Nilai-nilai yang harus dimiliki guru penggerak yaitu berpihak pada murid, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan mandiri agar dapat mewujudkan Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) melalui salah satu perannya, yaitu mewujudkan kepemimpinan murid. Melalui nilai dan perannya tersebut, guru dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, sehingga tercipta kondisi nyaman, sehat, dan bahagia bagi murid.

Kaitan Pembelajaran Sosial-Emosional dengan Visi Guru Penggerak

    Melalui Pembelajran Sosial-Emosional (PSE) yang mengintegrasikan lima KSE, guru dapat mewujudkan visi yang diharapkan yaitu dapat mewujudkan insan pembelajar yang bertakwa, berprestasi, inovatif, berbudaya, dan berkarakter, sehingga terwujud Profil Pelajar Pancasila.

Kaitan Pembelajaran Sosial-Emosional dengan Budaya Positif

    Melalui PSE yang mengintegrasikan lima Kompetensi Sosial Emosional (KSE), guru dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing yang sedang dirasakan, sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menerapkan disiplion positif secara baik sesuai dengan kesadaran diri (self-awarness).

Kaitan Pembelajaran Sosial-Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi

    Melalui PSE, guru dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan beberapa teknik, antara lain: identifikasi perasaan, identifikasi emosi, menuliskan ucapan terima kasih, bermain peran, dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan agar guru mampu menerapkan pembelajarana berdiferensiasi di kelas sesuai dengan kebutuhan belajar murid, guan mewujudkan merdeka belajar.


Guru Hebat Indonesia, demikianlah tadi Koneksi Antar Materi Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial-Emosional. Sampai bertemu lagi di Koneksi Antar Materi Modul 2.3.

Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Guru Hebat Indonesia Tergerak, Bergerak, Menggerakkan.

Guru Bergerak, Indonesia Maju.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar