Halaman

Senin, 11 Mei 2020

4R, RUMUS MENCETAK SEJARAH

Belajar Menulis Melalui Watsapp Grup kali ini istimewa, karena mengahdirkan narasumber yaitu seorang perempuan yang merupakan seorang Founder Tangga Edu (www.tanggaedu.com). Beliau adalah Ibu Farrah Dina, M.Sc, yang akan membawakan topik Terbitkan Bukumu, Catatkan Sejarah. Mengapa saya katakan istimewa??Karena setelah sekian kali pertemuan, ini adalah kali pertama grup ini menghadirkan narasumber perempuan. Hal itu membuat saya penasaran. Siapa sebenarnya Ibu Farah Dina ini?

Sebelum ke materi, yuk kita lihat dulu profil narasumber kita kali ini.




Setelah membaca biodata beliau, saya semakin kagum, di usia yang masih muda beliau sudah menerbitkan banyak sekali buku. Beliau juga merupakan penerima beasiswa dari Kementrian Pendidikan Jepang (Monbukagakusho) untuk progra Teacher Training di tahun 2014. Di Tangga Edu, beliau ini berperan sebagai pendiri, ketua yayasan, pelatih guru sekaligus penulis.
          Mengawali pemaparan materinya dalam kuliah online ini, beliau membagikan link youtube untuk disimak para peserta. Berikut adalah penjelasan beliau melalui video yang dibagikan. Tema yang akan diangkat pada hari ini adalah Terbitkan Buku, Catatkan Sejarah. Seorang filsuf, Decrates mengatakan bahwa Membaca buku sama saja berbicara dengan orang bijak di masa lalu. Setiap orang pasti ingin dikenang, ingin mencatatkan sejarah. Lalu apa yang bisa dilakukan agar dikenang? Salah satu yang bisa kita tingglkan untuk dikenang adalah sebuah buku. Menerbitkan buku adalah salah satu jalan agar pikiran kita, apa yang kita ungkapkan akan dikenang sepanjang masa. Akan tetapi, permasalahannya adalah menerbitkan buku dan membuat buku adalah dua hal yang berbeda. Membuat buku bisa dilakukan oleh siapa saja. Menerbitkan buku melalui pnerbit - penerbit besar adalah sebagai akibat dari sebuah karya yang baik. Maka menerbitkan buku, kita jadikan tantangan sedangkan yang paling penting adalah bagaimana kita menulis dan menuangkann pikiran kita untuk dapat dikenang dan diingat sepanjang masa.
Hal yang paling penting bagi penulis adalah hadirnya pembaca. Untuk dapat dibaca, tulisan kita itu tidak hanya melalui buku, akan tetapi kita bisa menulis di media sosial,blog, dan lin - lain. Bagaimana kita mulai membuat karya kemudian mengasahnya kemudian menjadi sebuah intan berlian yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat?

4R, RUMUS UNTUK MEMBUAT BUKU BERKUALITAS
Ibu Farrah Dina memberikan tips 4R, yaitu Renjana, Rutin, Review, Ruang Bagi Pembaca.
Renjana adalah passion yaitu sesuatu yang bagi kita sangat menarik, yang jika kita melakukannya membuat kita meraa nyaman. Maka, untuk menulis mulaiah sesuai dengan apa yang kita sukai dan kuasai. Cara paling mudah agar kita termotivasi untuk menulis adalah bagaimana kita merasa sukses untuk melakukan sesuatu.
Rutin bukan hanya rutin menulis, tapi yang lebih penting adalah rutin membaca. Dengan membaca otak kita akan semakin kaya dengan kata - kata untuk diungkapkan melalui tulisan. Ketika kita membaca, akan timbul keinginan untuk membuat tulisan yang lain. Membacalah sebanyak mungkin, apapun genrenya. Untuk menulis, siapkan waktu dan ruang khusus untuk menulis, sehingga akan terprogram di dalam otak kita, ketika sudah tiba waktu untuk menulis, maka kita harus menulis. Seperti yang disampaikan oleh narasumber sebelumnya, Ibu Farah Dina juga menyampaikan bahwa kita harus mempunyai alat perekam untuk mengumpulkan ide tau gagasan, menjadi bank - bank kisah, bank - bank tokoh dan bank - bank situasi.
Review. Setelah kita mempunyai tulisan - tulisan, langkah selanjutnya adalah review. Ketika kita pertama menulis, kita tulis saja apapun, semuanya, tanpa mempedulikan tokohnya, alurnya, dan sebagainya, biarkana tulisan itu mengalir apa adanya. Setelah tulisan itu selesai, baru kita review, kita lihat tokohnya, detailnya, alur berpikirnya. Review juga berfungsi untuk melihat materi, apa sebenarnya yang ingin kita tulis.
Ruang Bagi Pembaca. Review dari penulis saja tidak cukup. Review yang penting adalah review dari pembaca. Ruang bagi pembaca bukan berarti kita mengharapkan mereka membaca buku kita dan memberikan feedback positif, tapi justru yang diharapkan adalah feedback negatif, yaitu apa yang harus diperbaiki, apa yang pembaca tidak suka, sehingga bisa kita lakukan perbaikan tanpa menghilangkan jati diri kita. Seorang penulis tidak ada artinya tanpa pembaca. Maka, kita harus membuddayakan membaca, mengajak anak - anak kita, keluarga kita, orang - orang dekat kita, untuk memiliki budaya membaca.
Nah, sudah siapkah kita mencetak sejarah dengan menerbitkan buku? Yuk, kita mulai dari sekarang, saat ini juga. Seperti yang sudah disampaikan oleh para narasumber hebat kita, jangan takut jelek, jangan malas, temukan passion kita. Yang paling penting, perbanyaklah membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Salam hebat luar biasa untuk seluruh guru di Indonesia........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar